Joy of Discovery (JOD)

Ehm… pengen share sedikit guys mengenai pengalaman pertama gue mengikuti kelas Joy of Discovery (JOD) di SEP Mudika XII, Shekinah malam ini. Pas pertama kali ngebayangin kelas ini gue pikir gue bakal ngantuk banget ngikutinnya karena bakal bahas yang namanya Kitab Suci alias Alkitab (Hahahaa… ya…ya… Ketahuan banget emang gue jarang baca Alkitab di kehidupan sehari-hari gue sebelumnya. I’m sorry, God.), but that’s true guys! Karena alasan inilah gue bisa berada di kelas JOD ini. Karena selalu bertanya-tanya ‘gimana sih cara mempelajari Alkitab yang baik?’ ‘Gimana supaya Alkitab itu bisa memberi sukacita untuk kita?’ dan masih banyak pertanyaan lain yang muter-muter di kepala kalau melihat Alkitab tergeletak begitu saja di lemari…

Well, menjawab semua pertanyaan-pertanyaan tersebut gue niatin untuk ikut kelas pendahuluan JOD malam ini. Dan ternyata ada sesuatu yang menarik disini. Ingatan gue mendadak melayang ke enam tahun lalu, sekitar tahun 2008 gue pernah melakukan sebuah penelitian analisis wacana Novel Clara Ng yang berjudul Dimsum Terakhir. Hubungannya adalah sama-sama melakukan sebuah ‘penelitian’ melalui teks dan menemukan sebuah makna yang berbeda dari penelitian tersebut.

Ohya, sebelum bahas mengenai JOD ini, gue pengen bilang ke teman-teman sesama Kristiani bahwa Alkitab itu layaknya surat cinta yang Tuhan wariskan untuk kita anak-anak-Nya. Dan, betapa sedihnya Tuhan jika kita tak pernah meluangkan waktu sedikitpun untuk memahami surat cinta yang sudah susah payah Tuhan tujukan bagi kita.

Nah, ternyata gue baru tahu, bagi awam seperti gue ini dibutuhkan metode khusus untuk memahami Kitab Suci, salah satu metode yang menarik adalah Joy of Discovery.
images
“Hanya bila kebenaran ditemukan,
maka kebenaran itu dihayati,

Bila seseorang hanya diberitahu suatu kebenaran, 
maka kebenaran itu tetap asing baginya,
Dan ia begitu mudah melupakannya.

Bila ia dituntun untuk menemukan kebenaran itu sendiri,
maka kebenaran itu menjadi bagian yang tak terpisahkan dari dirinya & ia tidak akan pernah melupakannya.”

(Barclay)

Ya, kutipan diatas cukup membuat gue mengangguk berulang kali di kelas. Cukup jelas dikatakan bahwa jika kita mencari kebenaran itu sendiri maka kita takkan mudah lupa dan akan menjadi bagian dari diri kita sendiri. Banyak dari kita membaca ayat hanya menyimpulkan kesimpulan layaknya membaca koran ataupun novel. Padahal memahami kitab suci bukan sekedar membaca ayat saja, tapi mengerti bagaimana budaya dan zaman pada saat itu terjadi. Apakah masih sesuai jika diterapkan pada masa kini?

Berikut adalah beberapa cara untuk memahami Alkitab menurut metode JOD :
1. Meneliti dengan mata
Yaitu secara seksama melihat apa yang ditulis oleh pengarang.
2. Menafsirkan
Yaitu menafsirkan secara obyektif apa maksud penulisan itu.
3. Menyimpulkan
Yaitu menyimpulkan pokok pikiran secara singkat
4.Menilai
Yaitu dengan jujur menilai maksud penulisan dan relevansinya dengan kondisi saat ini.
5. Menerapkan
Yaitu menerapkan secara pribadi kebenaran yang didapatkan
6. Mewujudkan
Yaitu mewujudkan keyakinan kita secara nyata.

Contoh metode JOD kemarin malam dimulai dari Kitab Markus 10:46-52 :

10:46 Lalu tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Yerikho. Dan ketika Yesus keluar dari Yerikho, bersama-sama dengan murid-murid-Nya dan orang banyak yang berbondong-bondong, ada seorang pengemis yang buta, bernama Bartimeus, anak Timeus, duduk di pinggir jalan. 10:47 Ketika didengarnya, bahwa itu adalah Yesus orang Nazaret, mulailah ia berseru: “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!” 10:48 Banyak orang menegornya supaya ia diam. Namun semakin keras ia berseru: “Anak Daud, kasihanilah aku!” 10:49 Lalu Yesus berhenti dan berkata: “Panggillah dia!” Mereka memanggil orang buta itu dan berkata kepadanya: “Kuatkan hatimu, berdirilah, Ia memanggil engkau.” 10:50 Lalu ia menanggalkan jubahnya, ia segera berdiri dan pergi mendapatkan Yesus. 10:51 Tanya Yesus kepadanya: “Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?” Jawab orang buta itu: “Rabuni, supaya aku dapat melihat!” 10:52 Lalu kata Yesus kepadanya: “Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!” Pada saat itu juga melihatlah ia, lalu ia mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya.

Nah dari sini muncul banyak pertanyaan-pertanyaan yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan oleh gue secara pribadi. Biasanya 1 perikop masih ada hubungannya dengan perikop sebelumnya maupun sesudahnya.

1. Untuk apa Yesus ke Yerikho?
2. Mengapa Yesus bertemu pengemis buta setelah keluar dari Yerikho? Kenapa pas tadi tiba di Yerikho tidak bertemu dengan pengemis buta?
3. Mengapa orang banyak tersebut berbondong-bondong mengikuti Yesus?
4. Mengapa pengemis buta itu bisa menyebut Yesus “Anak Daud, kasihanilah aku!” padahal ia buta?
5. Mengapa orang menegornya untuk diam? Dan mengapa setelah itu salah seorang dari mereka berkata “kuatkan hatimu, berdirilah ia memanggil engkau.” ?
6. Mengapa pengemis buta menanggalkan jubahnya yang merupakan harta satu-satunya?
7. Mengapa Yesus berkata panggilah dia ? Mengapa tidak mendekati saja si pengemis buta tersebut?

Dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan teman-teman sekelas kemarin malam. Begitu penasarannya kami dengan cerita “Yesus menyembuhkan Bartimeus”. Tugas kami hanyalah menemukan hal apa dibalik isi ayat tersebut melalui arti kontekstual.

Sejauh ini tidak ada larangan dari otoritas Gereja Katolik di Jakarta dan metode ini telah dipakai juga oleh para romo seperti Rm. Sugiri, & Rm. Martin Harun yang menulis tafsiran bacaan Injil untuk tahun A, B, & C (masa biasa & masa khusus). Oleh karena itu ada beberapa buku penunjang untuk metode JOD ini. Namun, pengajar kami Pak Heru, yang kebetulan kepala sekolah Shekinah menyarankan pada kami untuk tidak membeli buku dulu, karena buku-buku penunjang akan dipinjamkan pada kami setiap masuk kelas di hari Selasa malam. Ada kamus bahasa Indonesia, ada buku “kata kunci” Alkitab, ada buku tafsiran dari khotbah-khotbah romo. Itu semua buku penunjang yang akan menuntun kita semua untuk menemukan sesuatu dari ayat-ayat yang kita baca tadi, dan meneliti satu persatu dengan 6 langkah diatas tadi.

Kita hanya akan menemukan sesuatu dari ayat-ayat itu jika kita berusaha meneliti, mencari, dan menerapkannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Pengajar hanya akan menuntun kami dalam sesi JOD ini lewat ‘tugas’… So, gue pikir tahun ini adalah kesempatan yang sangat baik untuk lebih memahami lagi kehidupan spiritual gue. Dan gue pikir ini sesuatu yang penting untuk kehidupan gue seterusnya.

Mungkin jika gue sudah berhasil melewati 9 bab dalam silabus kelas JOD ini (amiiin, moga bisa sampe selesai. 😀 ), gue bakal share apa yang gue dapatkan. Kalau di postingan kali ini, gue hanya pengen teman-teman tahu, bahwa ternyata memahami Alkitab itu tak seperti membaca bacaan biasa, kita perlu mengimani…Ketika kita berhasil mengimani, di saat itulah kita dididik lebih baik lagi oleh Tuhan sendiri. 🙂

With Love,

@yohannayang
12.02.2014

To Unlearn

Menemukan bacaan bagus, rasanya belom pas kalau tidak dibagikan dengan orang lain. Oleh karena itu saya menulis sedikit mengenai hal yang saya baca kemarin. 😀 

Awalnya saya sedang iseng ngecek twitter mba @aristiwidya , seseorang yang blog pribadinya sering saya baca juga (tapi dalam versi bahasa Inggris, saya mengenal mba Ika ini melalui website dailymeaning.com sebuah website people development). Yang menarik bagi saya adalah pertanyaan-pertanyaan mengenai perkembangan kepribadian yang cukup membuat saya ‘bingung’ menjawab. Dan sama dengan tulisan yang saya temukan di another blog dari mba Ika, theunlearn.com.

Di blog theunlearn.com  saya menemukan satu artikel yang menarik, saya pikir juga bakal menarik juga buat kamu, judul artikelnya To Unlearn, berikut tautannya: http://theunlearn.com/blog/to-unlearn/  

Saya cukup terperangah dengan tulisan mba Ika (Aristiwidya) yang mengkaitkan urusan bersih-bersih rumah dengan bersih-bersih hidup kita.

Ngomong-ngomong soal bersih-bersih, jujur saja saya melakukan kegiatan ini minimal sekali setahun, tepatnya sebelum tahun baru! Ahahahaa… (baru saja lewat!). Mungkin bersih-bersih itu perlu momen, momen ketika barang sudah berantakan dan tak tahu harus meletakkan barang-barang baru dimana, disitulah baru mulai berpikir harus segera membereskan barang-barang lama yang ada.

Saat bersih-bersih biasanya kita menemukan barang-barang lama yang kita cari, barang-barang yang penuh kenangan, barang-barang lama yang sangat kita sukai, namun sekarang rasanya biasa saja. Dan benar kata Mba Ika dalam artikelnya bahwa,  ada barang-barang yang perlu kita simpan, kita buang, atau kita berikan ke orang lain. 

Hal sederhana dari artikel ini adalah kita sebagai manusia pasti berubah, kita bertumbuh dalam setiap lembar hidup kita. Banyak hal yang dialami, banyak hal yang membahagiakan, banyak hal yang menyakiti, sehingga perlu adanya sortir dalam hidup kita. Dengan bersih-bersih pikiran kita, berarti kita menata ulang, hal apa yang harus kita simpan, lepaskan, dan juga kita ajarkan untuk orang lain (baik pengalaman baik dan buruk). 

To Unlearn bukan saja mengenai belajar meninggalkan, namun juga MULAI bertanya, apakah sikap yang kita ambil selama ini sudah benar? Apakah sesuatu yang tadinya kita anggap benar sudah pasti baik dan ‘pas’ bagi kita saat ini? Dan masih banyak lagi…

Unlearning is not exactly letting go of our knowledge or perceptions, but rather stepping outside our perceptions to stand apart from our world views and open up new lenses to interpret and learn about the world. – Erica Dhawan (Business Schools Need to Focus on Unlearning)

 

With Love, 

@yohannayang

22.01.14

The Best of 2013

Ehm, pas ngeliat google kemarin, saya sempat ngeliat judul “The Best of 2013” di urutan paling atas. Saya jadi teringat jaman dulu kalau beli kaset penyanyi favorit, dari 23 lagu pasti ada yang di compile dalam satu album HITS yang menjadi The Best Songs. Well, lagu-lagu yang termasuk dalam The Best Songs itu adalah lagu-lagu everlasting, yang dipilih agar ‘setidaknya’ lagu tersebut tetap diingat para penggemarnya. Lagu-lagu yang memang menjadi favorit para penyanyinya. 🙂

Terinspirasi dari hal tersebut, saya buru-buru mengumpulkan semua memori di dalam benak saya (sebelum saya lupa tentunya… 😛 ), baik buruknya perjalanan hidup di tahun 2013, kurang lebih pasti tetap memberikan suatu pengaruh positif dalam hidup kita. Dan untuk itu perlu dipilah-pilah hal apa yang menurut kita adalah The Best of 2013.

Diawali dengan project lomba menulis pertama di awal Januari 2013, Project ini sebenarnya adalah project untuk menyambut bulan penuh cinta “Februari 2013” dan akhirnya project ini cukup mendapat sambutan yang luar biasa dari rekan-rekan penulis (sekitar 75 peserta). Dan akhirnya saya dan teman-teman Peri Penulis memilih sekitar 10 karya novelet pilihan. Saat itu kami dibantu oleh Ci Fonny Jodikin agar karya yang kami pilih pun bisa lebih objektif. Namun, project ini agak tertunda cukup lama karena sesuatu hal… Pada bulan Oktober 2013 barulah kami bisa merapikan project ini dan akhirnya judul yang berhasil kami terbitkan melalui nulisbuku.com adalah The Shores and Piano, Dansa di Bawah Purnama, dan Februari untuk Kania. Dari project ini kami belajar, bahwa membuat konsep lomba, merapikan, mengedit, promosi sekaligus menulis bukanlah hal yang mudah dilakukan secara bersamaan. Persiapan yang matang adalah sebuah kunci dari kesuksesan, butuh perencanaan yang baik sebelum memulai sesuatu yang besar. 

Pada bulan April 2013, senang rasanya ketika kami bisa mengumpulkan uang sumbangan untuk Panti Fajar (Hasil royalti penjualan buku natal: Noel d’amour 1). Walaupun angka yang kami kumpulkan belum terlalu besar, namun setidaknya jumlah 1 juta rupiah bisa memberikan sedikit kenangan di hati anak-anak Panti Fajar, Depok. 

Dilanjutkan dengan pengalaman menulis buku by custom yang menyenangkan, Aurel, Putri Amiya dan Raksasa BabaThe Silent Social Workers di pertengahan tahun 2013. 

Lalu ada lanjutan buku natal 2013 Noel d’amour 2 yang total buku kami cetak hampir 500 eksemplar. Ehm, rasanya buku ini terlalu banyak untuk dijual sendirian, oleh karena itu kedepannya, kami berencana akan mulai kerjasama dengan toko buku rohani yang ada di sekitar Jakarta dan Bandung, komunitas gereja-gereja dan tentunya akan memperbaiki kualitas tulisan kami yang masih banyak typo. Namun, saya cukup bahagiaberhasil menulis dua kisah dalam buku ini, senang sekali rasanya ketika ada orang lain yang merasa tercerahkan dari tulisan rohani ini. Terima kasih juga rekan-rekan penulis yang sudah ikut partisipasi dalam gerakan ini. 🙂 

Pengalaman cukup luar biasa bagi saya untuk bisa terlibat dalam pencapaian rekor dunia (Guinness World Records) di Central Park, Jakarta pada tgl 16 Juni 2013 lalu. Dari acara ini saya belajar banyak hal, bahwa kita tak akan sanggup melakukan sesuatu yang besar tanpa kekuatan dari tim. Tim inti sangat penting, koordinasi antara divisi ke divisi lain sangat penting, bahkan hal yang paling kecil dan terlihat spele pun bisa menjadi masalah yang cukup besar di lapangan. Ah! Jika menggambarkan bagaimana suasana hati saya saat acara berlangsung, ada perasaan suka dan duka bercampur aduk. Walau banyak kendala dalam menghadapi prosesnya, tetapi acara ini berakhir dengan bahagia. Indonesia berhasil mencapai satu rekor dunia lagi. :’) 

Kalau boleh saya menyimpulkan tahun 2013 ini adalah tahun yang penuh dengan tantangan, kerja keras, air mata karena banyak sekali hal yang memang mengharu biru di hati… hahaaaa.. dan banyak juga kejadian yang diluar dugaan, bertemu dengan orang-orang yang menyenangkan dan sometimes bertemu dengan orang yang sulit kita mengerti.  

Well, 2013 ini banyak banget memberi saya pelajaran dan makna hidup. Terima kasih untuk teman-teman yang terlibat langsung di dalamnya ataupun tidak. Tanpa mengurangi rasa bahagia saya karena sudah berhasil melewati tahun 2013 dengan baik, saya berharap teman-teman bisa mencapai semua keinginan yang ingin diwujudkan di tahun ini dengan penuh semangat. Hal-hal yang sudah lewat, anggap saja sebuah pelajaran yang harus diingat, BUKAN untuk dilupakan. Karena jika kita lupa maka kita takkan pernah benar-benar belajar. Mungkin berat rasanya, tapi tak ada satu hal pun yang sempurna, semuanya harus melewati proses, dan nikmatilah prosesnya dan suatu saat mungkin kita akan berterima kasih untuk semua yang telah terjadi dalam hidup kita. 

Selamat Tahun Baru 2014! Tuhan Yesus berkati kita semua. 🙂

With Love,

@yohannayang 
02.01.14 

Suatu Hari di Tempat yang Saya Sebut ‘Rumah’

Image

Suatu hari di tempat yang saya sebut ‘rumah’

Saat itu aku pulang ke rumah dalam rangka acara keluarga, ya baru-baru ini tepatnya. Baru sekitar dua-tiga minggu yang lalu. Aku menggerutu dalam hati, ‘mengapa kamarku kini menjadi gudang?’

Hanya langit-langit kamar yang dulu aku hias dengan lipatan origami berbentuk burung warna-warni yang masih utuh, dan tempat tidur tingkat saat aku masih remaja tetap kokoh di sana. Tiap kali aku pulang ke rumah, kamar ini bukan semakin rapi, namun kebalikannya, semakin banyak barang di dalamnya.

Beberapa kali aku mencoba melihat apa saja yang disimpan Ibuku di kamar yang sudah menjadi gudang ini. Ternyata di dalam kamar ini banyak sekali barang-barang yang tak kami pernah lihat lagi, agak sedikit terkaget-kaget karena barang yang sudah ‘jadul’ itu masih ada di dalam kamar ini. Aku menemukan tumpukan majalah favoritku, rak kaset lagu penyanyi favoritku, kertas surat (hehee… gini-gini dulu saya aktif korespondensi sampe ke luar negri. wkwkwwk…), boneka-boneka besar yang dibungkus plastik… dan sekarang mengapa kamar ini semakin penuh, karena cucu pertama dalam keluarga kami. Ada mobil-mobilan yang masih bagus, sepeda, kursi-kursi yang masih bagus, pakaian yang masih layak… dan beberapa saat aku tertegun. Benar kata Ibu, barang ini tak bisa dibuang begitu saja… 

Beberapa diantara kami kesal, menggerutu karena rumah terlihat berantakan dan gudang ‘barang bekas’. Sementara kami mengidam-idamkan rumah dengan sedikit barang dan terlihat rapi. Begitu pikir kami, sampai pada akhirnya ketika Ibu ikut-ikutan kesal pada saya dan yang lainnya, ia berujar, “kalian lebih dari 100 hari tak pernah di rumah, lalu dalam sehari mau membereskan semua barang-barang di dalam rumah ini? sudahlah….” 

Saya tertegun kedua kalinya… Dan mulai berpikir dan mencoba memposisikan diri sendiri di posisi Ibu. Benar kata Ibu, kami tak pernah tinggal ‘lagi’ di rumah ini, dan ketika kami kembali seolah-olah Ibu melakukan kesalahan dengan menyimpan semua barang-barang yang ia anggap ‘kenangan’ di rumah ini. 

Sejak menyadari hal itu, aku tak berkomentar apa-apa lagi mengenai barang-barang sewaktu kami kecil yang Ibu tumpuk di gudang, ataupun keadaan dapur yang semua peralatannya berada di mana-mana agar dapat terjangkau dengan mudah oleh Ibu. Peralatan dapur itu harusnya berada di dalam lemari, namun aku sadar usia Ibu tak sanggup untuk mengingat satu-persatu dimana ia meletakkan piring, mangkuk yang bergambar, stoples isi abon, atau apapun dengan mudah. Saat itu aku menyimpulkan sesuatu, biarkanlah ketika aku berada di ‘rumah’ aku mengikuti peraturan Ibu, bukan peraturan yang aku buat, karena bukan aku yang tinggal di ‘rumah’ ini. Tapi Ibu dan Ayahku. Karena inilah rumah mereka, rumah yang nyaman untuk mereka. Dan suatu hari, ketika kedua orang tuaku tinggal bersamaku, maka aku bebas untuk peraturan di rumahku sendiri. 

Happy Mother’s Day, Mom… We love you! 🙂

Thank you for everything….

 

With Love,

@yohannayang

22/12/13

 

Hal Sederhana yang Bernama “Mimpi”

Sebuah Mimpi, hal sederhana yang ingin disampaikan film yang baru saja saya nonton gala premiernya di Epicentrum, Kuningan malam kemarin (19/12/13) “Laskar Pelangi Sekuel 2 Edensor” 

Acara kemarin malam cukup sukses, itu bisa dilihat dari penuhnya kursi penonton di studio 2 yang memutar film Laskar Pelangi Sekuel 2 Edensor. Bukan hanya itu, para artis yang membintangi film ini juga turut hadir Abimana Aryasatya (pemeran tokoh Arai, sahabatnya Ikal), Astrid Roos (pemeran Katya), Putut Wijanarko (Direktur Mizan Production), Andrea Hirata (penulis buku Laskar Pelangi), dan mungkin ada beberapa tokoh lagi yang tidak saya sebutkan karena tidak begitu ingat.

Image

Sebelumnya saya memang tidak membaca buku Laskar Pelangi, hanya pernah menonton film Laskar Pelangi, dan film Laskar Pelangi Sekuel 2 Edensor ini. Hehehe… berarti saya terlewat yang berjudul Sang Pemimpi (Laskar Pelangi sekuel 1). Dan ketika diundang untuk menyaksikan gala premier film ini tentunya saya sangat bersemangat, walaupun harus melawan rasa lelah karena film ini dimulai pada pukul 21.40-selesai. >.

Saya selalu terkagum-kagum dengan film produksi Indonesia yang berhasil menggugah emosi penonton, sama halnya dengan buku novel-novel Indonesia yang tak kalah keren dengan karya luar negri. 

Secara keseluruhan cerita dari film Edensor ini sungguh sederhana. Film ini hanya ingin menyampaikan pesan bahwa mimpi itu ada, dan perlu perjuangan keras untuk mendapatkannya. Saya suka sekali dengan kutipan di film ini “Gantungkanlah mimpi mu setinggi langit. Maka Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi mu itu.” 

Karakter Ikal dan Arai sebagai sepasang sahabat juga begitu pas, ada rasa haru, lucu, marah, semuanya campur aduk ketika melihat perjalanan persahabatan mereka dari kecil hingga dewasa. Walaupun terkadang banyak kesalahpahaman diantara mereka, namun semua terjadi ada tujuan yang baik.

Terkadang kita memang membutuhkan seseorang yang tak sekedar memotivasi dan menyemangati kita untuk mencapai mimpi kita, namun juga ‘memaksa’ diri kita untuk ‘sadar’ bahwa mimpi itu mampu kita raih. Tuhan menciptakan seseorang yang bisa jadi seseorang itu adalah sahabatmu, gurumu, mentormu, orangtuamu, adikmu, atau siapapun yang benar-benar peduli padamu… Setelah menonton film ini, rasanya seperti diketok palu… hehee… seperti ada yang mengingatkan “mana mimpi-mimpimu yang belum tercapai sampai sekarang? masih mau seperti ini terus? sampai kapan?” 

Well, cuma sharing sedikit mengenai makna film ini, selengkapnya bisa nonton langsung. Kalau saya pikir-pikir lagi, film ini cocok banget ditonton karena bakal ngasih semangat baru buat kamu untuk tutup tahun menuju tahun 2014 yang lebih cemerlang. Hal sederhana yang bernama “mimpi” itu bisa membawamu ke dunia yang tak pernah terbayangkan olehmu sebelumnya. Sama halnya seperti mimpi Ikal dan Arai yang membawa mereka dari Belitung hingga ke Paris.

Salam Mimpi! 🙂 

 

With Love,

@yohannayang

20/12/13

Merayakan Natal Lebih Awal

Image

Well, seminggu lagi hari natal akan tiba… dan banyak orang merayakannya dengan berbagai cara, mungkin ada yang liburan ke luar negri, ikut drama natal, ke panti asuhan, pulang ke kampung halaman, dan masih banyak lagi. 😀

Tahun ini dan tahun kemarin, saya dan beberapa teman saya merayakan natal lebih awal. Kenapa lebih awal?Karena jauh-jauh hari sebelum hari natal tiba, kami sudah mempersiapkan pengalaman rohani yang kami racik dalam beberapa cerita fiksi dalam satu buku “Noel d’amour 2 (Post Card Edition)”

Ada sebelas cerita pendek yang kami tuliskan, saya sendiri menulis dua cerita pendek di buku ini. Jujur, saya yakin tulisan saya juga jauh dari sempurna. Hasil baca-baca lagi, ternyata ada typo dan yang terlewat. Tapi kembali lagi,sebenernya ngapain sih capek-capek nulis terus jualin buku-buku ini? trus apa sih bagusnya? 

Hal pertama mengapa saya ikut menulis dalam project menulis ini, karena memang saya ingin grup menulis kami “Peri Penulis” tetap berkarya dan menghidupkan hidup orang lain lewat tulisan kami. 😀

Hal kedua adalah dalam proses menulis dua kisah dalam buku ini saya mendapat pengalaman rohani tersendiri. Sewaktu saya menulis “Doa Terakhir” saya merasakan sukacita yang luar biasa untuk karakter Oscar dan Andre (sahabat Oscar). Karakter Oscar ini sebenarnya sudah lama ada di dalam benak saya, dan ketika partner menulis saya (Maria Ch) request tentang karakter anak broken home, saya mencoba menggambarkan penolakan Oscar dalam setiap aspek hidupnya. Mengapa Oscar memiliki sikap tak mau tahu tentang orang lain terutama Papanya, tentang masalah hidup orang lain, tentang kehidupan cintanya, tentang relasi Oscar terhadap Tuhannya sendiri. Dan hal yang tersimpan di hati Oscar tentang sosok Omanya yang sudah tiada. 

Dan untuk judul “Tuhan tak Pernah Gagal” idenya juga dari hal sederhana yang saya dapatkan dari lingkungan sekitar saya, saat itu perasaan stress bercampur dengan harapan mengubah keadaan. Dan saat itu benar-benar saya harus melewati masa itu dan harus terus menulis (lagi-lagi terima kasih untuk partner menulis saya Maria Ch, thanks sudah memaksa gue untuk lanjutin tulisan… 😀 )

Hal Ketiga adalah tema ‘kartu pos’, mengapa harus kartu pos? Sebenarnya ini hanyalah sebuah benang merah yang menghubungkan semua cerita menjadi satu. Kartu pos sebagai media ‘jadul’ ngucapin salam kepada orang yang kita kasihi, tapi tetap mengena di hati. 😀 (da lama gak terima kartu pos kan? Coba deh, di buku Noel d’amour 2 ini ada bonus kartu pos kok. Jadi gak susah2 nyari kartu pos tema natal yang tinggal seminggu lagi.)

Image

Mungkin bagi sebagian orang ada beberapa poin yang kurang sempurna dalam buku ini, namun bagi kami buku ini mewakili pengalaman rohani yang harus kami bagikan lewat media tulisan yaitu buku Noel d’amour 2. Buku Noel d’amour 1 yang terdahulu, berhasil menyumbangkan sekitar 1juta rupiah, dan untuk tahun ini mungkin bisa lebih dari angka tersebut ataupun kurang. Lepas dari semua target tersebut lagi-lagi kami harus berusaha yang terbaik kami bisa. Ini salah satu wujud nyata kami untuk merayakan natal, sungguh sederhana… Bukan sesuatu yang berlebihan dan juga bukan sesuatu untuk memegahkan diri sendiri, hanya untuk berbagi untuk teman-teman kita di Panti Fajar, sebuah panti asuhan milik Yayasan Sosial Kongregasi Puteri Reinha Rosari, Depok (mereka dikenal karena pelayanan mereka untuk orang-orang kusta di Indonesia Timur). 

Sebagai penutup dari note singkat mengenai natal ini, saya ingin teman-teman juga ikut berpartisipasi dalam mewujudkan cinta kasih kepada sesama. Bisa lewat membeli dan membaca buku Noel d’amour 2 ini, ataupun bisa secara langsung kepada Panti Fajar. 

Thank you untuk partner menulis di buku Noel d’amour 2 ini : Maria Ch, Stephie Anindita, Devina Kwan, Ci Fonny, dan Biondy Alfian. Dan thanks juga buat desain cover dan layout ilustrasi Ajeng ayu. You are awesome guys! 😉

Bagi teman-teman yang tertarik partisipasi dalam gerakan ini silakan hubungi kami di :

PIN BB: 22BE1CB1 (Maria Ch) /26255D1C (Yohanna) atau SMS ke 087824581923 atau e-mail ke peri_penulis@yahoo.com

 

With Love,

@yohannayang

We Dare to Share

Image

Pada tgl 12-13 Oktober 2013 kemarin acara Social Media Festival diadain di FX Mall, Sudirman. Ehm… mungkin bagi sebagian penggemar social media ini adalah event yang ditunggu-tunggu. Kenapa? Karena disini lah semua komunitas yang ada di social media muncul ke permukaan. Hehehe… Sebenarnya saya juga bukan termasuk orang yang “freak” dengan social media. Tapi saya tahu pentingnya social media untuk membuka jaringan dan manfaat berkolaborasi dengan berbagai komunitas. 

Pertama kali mendengar acara ini akan diadakan di bulan Oktober saya antusias sekali, bahkan bersemangat menjadi salah satu volunteer dalam acara ini. Hehehee, tapi sayang, saya telat baca pengumumannya. 

Tema “We Dare to Share”

Tadinya saya pikir tema We Dare to Share ini hanya sekedar title yang enak didenger, karena menyamakan dengan prinsip twitter yang “menjadi diri sendiri, apa adanya”. Pendapat kebanyakan orang sih, karakter seseorang bisa dinilai dari twit-twitnya (tapi ya gak berlaku untuk semua orang kok, hanya sebagian besar saja). Hehehe…

Nah kembali ke tema. Then, rasanya keren mengatakan diri sendiri berani untuk berbagi. Namun, saat saya perhatiin lagi di saat acara berlangsung, ternyata title We Dare to Share ini cukup kuat. Title yang digunakan ternyata cukup sinkron dengan berbagai isi acara yang diatur oleh panitia. 

Yang paling menarik sebagai talkshow pembuka adalah Berkarir di Dunia Digital bersama XL, acara ini semakin menarik ketika dibawa oleh Moderator Soleh Solihun, yang sering dikenal dengan stand up comedy nya. Dan perform nya Soleh Solihun sebagai Moderator cukup menarik dan kocak. Yang buat semakin seru lagi ada Alexander Thian yang twitter dan blog nya yang cukup sering saya ikuti. Hehehee… He is amazing writer! Like his twitter account @amrazing. Well, ternyata @amrazing itu aslinya gak seperti yang saya bayangkan sebelumnya. He looks cute. Ahahaa. 😛

Selain itu ada sharing dari Mba Jasmina Nashya, Senior Manager Digital Marketing XL dan Kevin Mintaraga CEO XM. Gravity.

Intinya digital marketing semakin berkembang, dan masih banyak banget kesempatan yang bisa diambil dari dunia digital marketing tersebut. Saat ini jika dibandingkan: ngefek mana, iklan TV atau orang yang ngomong di twitter? Apalagi orang yang ngetwit tersebut sudah kita kenal? Ya pasti sebagian orang akan lebih percaya twit, karena twit adalah kita langsung berhadapan dengan para pengguna (customer) suatu produk tertentu. 

Selain itu social media juga sebagai tolak ukur analis, dengan adanya social media, kita jadi tahu sampai mana pengguna (customer) peka terhadap suatu produk tertentu, dan dari social media pula kita bisa belajar bagaimana menghadapi complain, ini sangat bermanfaat bagi para admin social media.

Social media juga menjadi ajang ekspresi seseorang, mungkin selama ini ada yang berekspresi dengan karya-karyanya. Seperti buku, lukisan, dan karya yang lain. Twitter menjadi suatu media ekspresi yang positif bagi setiap individu, berbagi dalam bentuk kultwit pengetahuan dan pengalaman bisa menjadi inspirasi dan ide baru bagi orang lain. Lama-kelamaan jika bisa membangun hal positif, otomatis dengan sendirinya akan memunculkan follower-follower baru dan akhirnya bisa menjadi seorang buzzer. Ini yang dipaparkan oleh @amrazing saat acara talkshow berlangsung. 

Lalu ada kuis yang cukup menyenangkan di sela-sela talkshow. Dan saya tertawa geli karena kuisnya cukup konyol, yaitu melakukan tantangan untuk mencari dua pasang sepatu berwarna biru (siapa yang paling cepat dialah pemenangnya. Dan tanpa harus membawa orang yang punya sepatu ke depan panggung, jadi tolong pinjem sepatunya saja.) Ada satu peserta yang sama sekali tidak mendapatkan satu sepatu pun, sedangkan yang lain berhasil mendapatkan dua pasang sepatu. Pertanyaannya: Mengapa bisa orang lain mendapatkan dua pasang sepatu sedangkan ia tidak bisa? Hehehe.. *kalah cepat* Tapi peserta tersebut tetap mendapatkan voucher 100rb kok, sisanya mendapatkan voucher lebih besar nilainya. Kuis tersebut dilakukan dengan penuh semangat dan tawa. Nice one! 

Sebelum pulang, saya juga sempat mampir ke booth Thumbstory @ThumbstoryTweet . Ya, booth itu terdapat di paling ujung F1, dari awal datang, booth itu yang paling ingin saya kunjungi. Tapi karena FX Mall Sabtu itu rame tak wajar, makanya saya keburu pusing, cuma ngeliat per booth yang menarik bagi saya. Saya agak lama nyangkut di booth Thumbstory karena bisa ngobrol langsung dengan editor @aStyaemilia Gramedia Pustaka Utama di sini. 😀

Image

Saat ngobrol di booth Thumbstory ini saya ngerasa bahwa tema We Dare to Share ini bener-bener bagus banget. Dengan sendirinya, jika kita ketemu dengan sesuatu yang menarik bagi kita, yakin deh, you will share anything that you’ve done and asked anything that you want to know…. 😀

Beberapa komunitas lain yang menarik diantaranya @IDCerita ,  @rumahbacapanter, @museumproject , @Idberkebun , @cardtopost dan masih banyak lagi, ratusan komunitas kumpul semua di FX Mall Sudirman. Dan itu hal yang sangat menyenangkan, melihat anak-anak muda tak lelah berbagi hal-hal yang mereka suka. Konsep We Dare to Share berhasil membuat saya “ingin” melakukan sesuatu. Mungkin sesuatu yang berguna, menyenangkan, dan bisa menginspirasi orang lain. 

Masih banyak acara lain seperti nobar, drama musikal, perform cosplay, live band, edukasi seks dan romansa, sampai perform Xtra-L Community yang ikut dalam campaign #StopBullyingIndonesia. 😀  

Sayang sekali, kemarin pas ngecek timeline @socmedfest ternyata setelah tiga tahun berturut-turut acara Socmedfest diadakan, maka kemarin tanggal 13 Oktober 2013 merupakan penutupan acara Socmedfest. Para panitia berharap para komunitas yang sudah pernah ikut dan saling mengenal, bisa membuat acara festival yang serupa dan sama menariknya dengan acara socmedfest ini. Jujur saja, ini kali pertama saya bisa hadir ke Socmedfest setelah 2 kali ketinggalan acara ini. Semoga komunitas-komunitas di Indonesia bisa lebih banyak berkreasi dan berani untuk mencoba hal-hal baru. Generasi muda Indonesia sangat membutuhkan acara-acara seperti ini, sehingga di kondisi apapun mereka bisa percaya diri untuk menunjukkan karya-karya sederhana mereka yang bisa menginspirasi orang lain. 🙂

@yohannayang

16.10.13 

Bertemu Sahabat Lama

Sore itu kami bertemu lagi setelah sekian lama tak berjumpa. Ya, bisa dibayangkan bertemu dengan sahabat yang sudah lama tak bertemu, dan kau sudah menunggu saat-saat itu tiba. Rasanya ada cerita lama yang kembali dalam ingatan. Rasa yang sudah lama tak pernah dirasakan. Aku baru tersadar susah sekali untuk berhasil mengatur waktu agar bisa bertemu dengan teman lama. 

Di sebuah restoran cepat saji kami duduk berhadap-hadapan, memandang wajah satu sama lain sambil tersenyum aku bergumam dalam hati, ‘tak ada satupun yang berubah darinya’ . Dia tetaplah sahabatku yang ramah, antusias dan cukup filosofi dalam menjalani setiap tantangan dalam hidupnya. Bagaimana tidak? Sebelum aku mulai bercerita, dia sudah mulai dengan antusiasme yang tak kunjung padam.

Katanya jika bertemu denganku, lebih cocok membahas mengenai bisnis dan karir, bukan cerita mengenai cinta. Aku sedikit kaget mendengarnya. Apa mengenai topik yang satu itu tak perlu dibahas?

Setelah mencerna ucapan sahabatku itu aku mengangguk mengerti mengapa ia bisa berbicara seperti itu. 

Ya… Mungkin terlalu banyak kekecewaan yang harus diceritakan, aku juga berusaha menyimpan topik itu sampai perlu dibahas suatu saat nanti, jika perlu tak usah diungkit-ungkit agar hidupku lebih tenang. 

Sepedih itukah cerita cinta kami berdua? Pertanyaan itu terngiang-ngiang di telingaku. Aku mencoba untuk tak mulai bertanya. Apapun alasannya.

Ini sudah gelas kedua aku memesan coffee latte untuk menemani perbincangan kami yang terhitung berjam-jam. Dia memesan segelas minuman bersoda ukuran large, katanya kangen dan ia sudah lama sekali tak minum, minuman bersoda. Yeah, aku berpikir jika kau sudah kangen sekali dengan sesuatu, aku yakin kau rela melakukan apa saja, untuk mencicipi atau merasakan sesuatu yang sudah lama tak kau rasakan. 

Aku tipe orang yang sangat menggemari perbincangan, diskusi ringan, dan menikmati hal-hal yang menurutku lucu juga sekaligus menyeramkan. Bukan berpikir terlalu dalam, tapi aku senang sekali perbincangan yang cukup berkualitas. Bukan gosip, bukan juga membicarakan masalah orang lain. Tapi lebih berbagi hal-hal ajaib yang pernah aku rasakan dan yang sahabatku rasakan. 

“Jadi apa yang sekarang sedang kamu kerjakan?” tanyaku padanya.

Ia tersenyum memperlihatkan giginya yang rapih, namun jelas terlihat giginya masih menggunakan behel, “aku sedang mengerjakan sesuatu yang sama seperti dua tahun lalu.” jawabnya. 

Aku mengangguk mengerti, seseorang yang bisa bertahan selama 2 tahun lebih di profesi yang penuh dengan deadline cukup membuktikan bahwa ia bertahan karena ada sesuatu yang ia cari melalui profesi tersebut.

“Okay, kenapa gak mencoba stasiun TV lain?” tanyaku lagi. Menurutku ia cukup memiliki kemampuan yang baik untuk mengejar cita-cita menjadi seorang reporter stastiun TV terkenal. Aku jadi ingat saat-saat magang dulu, aku rela jauh-jauh ke Jakarta hanya untuk magang di stasiun TV itu. Dan kini, cita-cita itu rasanya perlahan mulai memudar. Hal yang aku kira passion, ternyata bukan. Tapi di dalam diri temanku, aku melihat sesuatu yang bukan sekedar keinginan menjadi reporter di stasiun TV dan terkenal, ada hal lain yang aku lihat dari sorot matanya.

“Aku melakukan ini bukan sekedar untukku, tapi juga untuk Tuhan. Jika Tuhan masih mau aku disini, aku akan terus berjalan di jalannya. Aku suka profesiku, karena aku bekerja sambil melayani.” 

Aku terhenyak sebentar, aku sedang mencerna kalimat yang baru saja ia ucapkan. Tentunya ia sedang serius mengatakannya bahwa ia bekerja untuk Tuhan. Sekejap aku teringat akan ayat alkitab yang pernah aku baca. 

Kolose 3:23 — Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. 

Dia tersenyum melanjutkan meneguk cola yang dipesannya tadi dan memandangiku, “kamu juga gak berubah, apa kamu masih mengerjakan hal yang sama?”

“Iya jawabku, satu-satunya yang bisa membuatku bertahan adalah bertemu dengan anak-anak. Dan aku akan bingung, apa yang terjadi jika aku tak pernah bertemu dengan anak-anak kecil itu lagi.” kataku sedikit tertawa. Aku ini ketergantungan, aku sadar itu. Sebisa mungkin aku ingin meninggalkan kenyamananku, namun rasanya aku belum siap.

“Oh begitu. Lalu kau akan tetap bertahan di pekerjaan itu? Kau memang cocok di dunia anak-anak. Itu membuatmu tampak ceria selalu. Aku percaya anak-anak itu memberimu energi postif.” komentar sahabatku. 

“Ya, tiga tahun bekerja di taman kanak-kanak belum cukup rasanya. Walau aku tak bisa berbohong aku harus mulai mencari sesuatu yang lebih menantang lagi. Aku butuh sesuatu yang tak membuatku diam. Diam membuatku terlihat santai, diam membuatku terlihat tak bertumbuh.” kataku lagi. Mungkin sebagian orang akan menilaiku terlalu keras pada diriku sendiri. Tapi itulah aku, dan aku pikir seseorang perlu melakukannya untuk bertahan hidup.  

Temanku tertawa, burger yang dilahapnya mulai habis. Dia menawariku kentang goreng, tapi aku menolaknya. Rasanya perutku sudah kembung karena dua gelas coffee lattesudah masuk semuanya ke lambungku. “Well, kau bisa mencari sesuatu yang mirip-mirip, dan tidak keluar dari dunia yang kau sukai. Itu wajar, semua orang butuh sesuatu yang bisa mengembalikan semangat mereka. Dan aku pikir cara mengembalikan semangat itu berbeda-beda.” 

“Ya… aku mengerti.” kataku singkat. Melihat jam tanganku yang sudah menunjukkan pukul enam sore. 

So what will we do next?” tanyanya siap-siap berdiri dari bangku sofa merah. 

“Kita tunggu teman kita yang lain, aku penasaran dengan cerita mereka. Kita tunggu sebentar lagi, jika mereka tak kunjung datang, kita pulang dan aku siap berbincang sampai pagi di apartemenku.” kataku yakin. 

“Hahahaa… Ya sudah kuduga, aku juga butuh itu.” katanya tertawa dan bersandar kembali di sofa.

Kami melanjutkan perbincangan kami selanjutnya. Entah hal apa yang kami bahas. Terlalu banyak. Tapi menurutku semua cerita memiliki sudut pandang yang berbeda. Tergantung bagaimana kita memahami sesuatu, sesuatu yang selalu memiliki makna pembelajaran hidup. 

 

@yohannayang

20.08.2013

#Hari 7 I’m So … So Blank!

Image

Satu kata buat hari ini, gue ngeblank total. Mau nulis gue bingung mau nulis apaan, mau kerja juga gue bingung mau kerja apaan. Apa karena hari ini jalanan Jakarta mulai kosong ya? jadi otak gue juga jadi kosong? Wkwkwk… Sori jadi gak nyambung. 😀

But aniwei, gue pengen cerita-cerita aja nih. Ya, kebetulan hari ini Farewell Party dengan teman satu kantor gue. Bisa dibilang, temen kerja gue yang satu ini, tim inti di kantor gue selama satu tahun ini. Tim inti itu cuma dua, gue ama dia. So kalau satu orang sudah mundur, bisa dibayangin, kerjaan yang tadinya dikerjakan berdua, menjadi kerjaan satu orang. Hehe… Wow, that’s great! gue serba bisa. 😀 

Wellwell… gue bingung sekarang. Di satu sisi gue gak mau kehilangan dia, tapi di sisi lain gue harus lepas demi kebaikan dia. Kadang gue berpikir, emang hidup itu gak ada yang bisa nebak. Hari ini lu semangat banget dapat kerjaan baru ini tapi belom tentu setahun kemudian lu ngerasain hal yang sama.

Kata orang kalau emang dia yang terbaik, ya pertahankan. Ya mungkin gue akan pertahankan, kalau dia mau dipertahankan. Hehehe. Ngerti ya? Kalau orangnya masih niat kerja bareng gue, ya gue pasti dengan segala cara akan mempertahankan dia. But, tim gue ini sudah menyerah. Dia tidak bisa meneruskan untuk di jalan ini. So i will say good bye to her. 

Kalau dipaksa-paksa untuk bertahan mungkin bisa, tapi gue pikir-pikir ini udah kali kedua dia mengajukan pengunduran diri. Gue mikir, orang yang terpaksa mengerjakan sesuatu hasilnya gak bakal baik bukan? Memaksa adalah hal yang gak ada dalam kamus kehidupan gue. Jadi, suatu hari kalau gue jadi bos nih (boleh ya sedikit berbagi mimpi. Hehee… ) gue gak bakal nahan karyawan gue, yang mau berhenti dari pekerjaannya. Jika alasannya pindah adalah karena sudah tidak menginginkan posisi dari perusahaan tersebut, maka gue harus rela melepasnya dan mulai cari karyawan baru yang sama semangatnya seperti karyawan yang terdahulu. Simple but it’s not easy, guys! *mulai pengen nangis. 😥

Tenang-tenang, semua orang bisa belajar dan semua orang akan mengalami hal ini. Yang harus gue lakukan hanya dua : Accept and Find a new one! Gue doain temen gue yang satu ini bakal sukses nantinya.

I’ll miss you so much, friend. Thanks for everything. 

Aniwei, napa pikiran blank bisa nulis? Gak jelas gue. wkwkwk…. So, karena menulis jadi gak blank lagi. ^_^ 

Sukses tantangan hari ini. 

Best Regards,

@yohannayang

05.08.2013

#Hari 6 Being Happy is Your Choice!

Image

Berawal dari sebuah keluhan demi keluhan seorang teman, keluarga ataupun orang-orang yang saya jumpai dengan tak sengaja. Tiba-tiba saya merasa bahwa saya juga sama seperti manusia lain. Karena saya juga sering mengeluh, sekian kali saya mencoba untuk tidak mengeluh, namun tetap saja ada perasaan yang mengganjal di dada. Ya, perasaan yang memang tak bisa saya terima untuk diri saya, kalau dibilang kenyataan dan harapan sangat jauh berbeda. Seperti jarak antara langit dan bumi! Hehehe…

Saya yakin teman-teman banyak sekali harapan, rencana dan sekian panjang daftar keinginan. Namun tak semuanya persis terjadi seperti yang kita inginkan. Banyak sekali hal-hal diluar kontrol kita yang terjadi dalam hidup kita, ketika hal yang tidak kita inginkan terjadi dalam hidup kita, rasanya kita langsung membentengi diri kita. Menunjukkan sikap bahwa : Saya tidak menyukai hal ini! Tidak akan pernah dan tak akan pernah! 
Sementara di sisi lain, kita melihat kehidupan orang lain, dan spontan kita membatin,“asiknya bisa jadi dia! Hidupnya jauh lebih beruntung daripada saya, saya ini cuma apalah?!” 

Lalu perasaan sedih menggeluti diri kita. Perasaan sedih membuat kita putus asa, seolah-olah tak ada hal lain yang bisa kita lakukan. Kita down dan akhirnya kita tak percaya lagi pada diri sendiri, apalagi percaya sama Tuhan? Mungkin percaya pada Tuhan menjadi sedikit berkurang karena kau tak pernah merasa bahagia.  

Sedih,sebenarnya kita lagi lupa, lupa kalau Tuhan begitu sangat mencintai kita. Perasaan sedih ini seringkali kita bebani pada diri sendiri. Kita lupa, kita lupa kalau kita harus berserah pada Tuhan untuk semua kekuatiran hidup kita. Kita lupa jika kita mengalami kesedihan, Tuhan akan mengangkat semua rasa sedih itu, dan rasa sedih pun akan berubah menjadi perasaan bahagia. 🙂

Saya jadi ingat ayat ini Matius 5:4 “Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur” 

“Berdukacita” disini, artinya merasa sedih atas kelemahan kita sendiri karena tidak mampu memenuhi standar kebenaran Tuhan dan kuasa kerajaan-Nya. Itu juga berarti berdukacita karena hal-hal yang menyedihkan hati Tuhan, berbagi rasa dengan Tuhan dan ikut berduka bersama-Nya atas dosa dan kekejaman yang tampak di dunia.
Mereka yang berdukacita terhibur ketika menerima “kebenaran, damai sejahtera, dan sukacita oleh Roh Kudus” (Rom 14:17) dari Allah Bapa.

Kondisi yang membuat kita sedih, janganlah jadi hambatan untuk diri kita, diri kita itu jauh lebih pantas merasa bahagia. Being happy is your choice! Kamu yang menentukan apakah kamu ingin bahagia, atau berlama-lama larut dalam setiap kesedihan itu. Ingat, jika kamu merasa sedih, bagilah cerita sedihmu dengan Tuhan. Ia akan membantumu untuk bangkit dari kesedihan itu. 

If I were to say,”God,why me?”about the bad things, then I should have said,” God,why me?” about the good things that happened in my life.

Mungkin kita pernah bertanya pada Tuhan, “Tuhan kenapa saya? Kenapa saya yang harus mengalami hal tidak menyenangkan seperti ini?”

Namun, agaknya jarang ketika hal baik datang pada kita, kita berdoa dan menuntut “Tuhan, mengapa saya? mengapa saya yang dipilih mendapatkan hal yang sebaik ini?” 😀 

Hal baik ataupun buruk, Tuhan menyiapkan yang terbaik untuk kita. Agar kita bisa memahami hidup yang lebih benar. 

Tulisan Minggu pagi ini mengingatkan pada saya, bahwa kebutuhan batin dan rohani tak bisa digantikan dengan hal-hal duniawi, kebutuhan batin dan rohani itu pengaruhnya sangat besar pada kehidupan kita. 
So, bagi teman-teman jangan lupakan keberadaan Tuhan. Ia selalu mencintai kita. Happy sunday everyone! 
Enjoy the blessing of God! 🙂

Best Regards,

@yohannayang
04.08.2013